Sebagian besar dari kita menganggap daging merah sebagai lauk yang nikmat, dan sayang sekali jika dilewatkan. Tidak perlu jauh-jauh lah yaa, oseng-oseng mercon pun bagi saya itu sudah nikmat sekali, apalagi disantap dengan nasi panas. Duh..jadi laper! LOL. Di luar negeri, daging merah menjadi makanan pokok. Untungnya porsi konsumsi orang Indonesia ini tidak se-ekstrim orang Amerika dan bule-bule yang lainnya. Daging merah merupakan sumber hewani yang terdapat pada daging sapi, daging kambing, daging babi, maupun daging domba. Daging merah memang mengandung banyak vitamin dan mineral yang penting bagi pola makan yang seimbang dan sehat. Namun, sebuah pusat penelitian kanker di Amerika, yaitu American Institute for Cancer Research dalam beberapa tahun terakhir mengungkapkan hal yang mengejutkan.
DAGING MERAH : BAIK atau BURUK?
Tidak ada larangan dalam mengkonsumsi daging merah, karena sumber makanan ini mengandung vitamin untuk kebutuhan makanan seimbang. Namun, pengkonsumsiannya yang harus dibatasi karena hal ini memiliki resiko kesehatan yang mungkin timbul dari mengkonsumsi daging merah. Meskipun ada banyak bukti tentang potensi resiko kesehatan dari asupan daging merah, namun daging merah penuh dengan nutrisi. 100 gram daging sapi mentah mengandung sekitar 25% dari kebutuhan vitamin B-3 harian yang disarankan, dan 32% dari penyisihan zinc harian yang disarankan. American Institute for Cancer Research dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa daging merah dapat meningkatkan resiko penyakit berbahaya. Resiko penyakit dari konsumsi daging merah secara berlebihan tersebut yaitu :
1. Diverticulitis
Diverculitis disebut sebagai radang atau infeksi pada usus besar (kolon). Peradangan ini dapat menyebabkan infeksi dan pembengkakan di lapisan perut, yang disebut peritonitis.
2. Kanker
Diawal paragraf pembuka disebutkan bahwa yang termasuk daging merah adalah daging sapi, daging kambing, daging babi, maupun daging domba. Lain halnya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menerbitkan sebuah laporan bahwa ada beberapa bukti bahwa daging merah bersifat karsinogenik, yang artinya dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk mengkonsumsi daging olahan. Setiap 50 gram daging olahan khususnya dari daging babi atau daging sapi yang dikonsumsi setiap hari dapat meningkatkan risiko kanker hingga 18%.
3. Gagal Ginjal
Diabetes dan tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Namun tahun lalu ada makalah penelitian di Journal of the American Society of Nephrology, yang melaporkan adanya resiko gagal ginjal terkait konsumsi daging merah.
4. Penyakit Jantung
Pola makan yang tidak sehat : makanan tinggi lemak jenuh dan makanan berkolesterol, merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung, meningkatkan resiko penyakit jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya.
1. Diverticulitis
Diverculitis disebut sebagai radang atau infeksi pada usus besar (kolon). Peradangan ini dapat menyebabkan infeksi dan pembengkakan di lapisan perut, yang disebut peritonitis.
2. Kanker
Diawal paragraf pembuka disebutkan bahwa yang termasuk daging merah adalah daging sapi, daging kambing, daging babi, maupun daging domba. Lain halnya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menerbitkan sebuah laporan bahwa ada beberapa bukti bahwa daging merah bersifat karsinogenik, yang artinya dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk mengkonsumsi daging olahan. Setiap 50 gram daging olahan khususnya dari daging babi atau daging sapi yang dikonsumsi setiap hari dapat meningkatkan risiko kanker hingga 18%.
3. Gagal Ginjal
Diabetes dan tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Namun tahun lalu ada makalah penelitian di Journal of the American Society of Nephrology, yang melaporkan adanya resiko gagal ginjal terkait konsumsi daging merah.
4. Penyakit Jantung
Pola makan yang tidak sehat : makanan tinggi lemak jenuh dan makanan berkolesterol, merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung, meningkatkan resiko penyakit jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya.
Berapa jumlah daging merah yang harus kita konsumsi agar terhindar dari resiko penyakit berbahaya?
Daging merah yang kita makan harus kurang dari 18 ons per minggu guna meminimalisir resiko penyakit berbahaya. - 2015, Dr. Christopher Wild, American Institute for Cancer Research.Nah, ada baiknya kita tidak sering/setiap hari mengonsumsi daging merah. Seminggu 2-3 kali masih bisa ditolelir, DENGAN CATATAN cukup 3 ons per hari, sehingga pola konsumsi daging merah seperti ini tidak menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit. Hendaknya pula mengkonsumsi daging yang segar, dalam artian : masaklah daging di hari yang sama ketika kita membelinya, tidak disarankan untuk menyimpan daging di freezer lebih dari satu hari. Dan yang benar-benar harus dihindari adalah daging olahan. Daging olahan yaitu semua daging yang sudah diubah melalui pengasinan, pengawetan, fermentasi, diasap, atau proses lainnya untuk meningkatkan dan memperbaiki cita rasa.
Ada sebuah diet yang mana hanya mengkonsumsi daging merah saja, namun jenis diet ini tidak menutupi kemungkinan terserang resiko buruknya. Jelas, karena diet daging tersebut secara tidak langsung tergolong dalam kategori overdosis dan kemungkinan dapat meningkatkan resiko diverticulitis. Jadi, kalau ingin diet, sebaiknya lakukan diet yang sehat dengan cara mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi serat seperti sayur dan buah-buahan, itu akan jauh lebih baik, dan jarum timbangan bisa lebih cepat bergeser ke kiri dalam hitungan beberapa minggu.
Percaya nggak kalau kita cenderung banyak mengkonsumsi makanan nabati dapat menurunkan resiko diabetes tipe 2, sekaligus mengurangi risiko serangan jantung dan stroke? Direktur saya telah mengungkapkan kesaksiannya kepada saya. Dahulu, ayah dan ibu dari direktur saya sering mengkonsumsi makanan hewani. Apalagi di Bali, sebentar-sebentar ada upacara adat dan keagamaan, dimana pasti selalu ada menu makanan hewani. Ayahnya terlihat sehat, namun ibunya tidak demikian. Bahkan dokter mengklaim bahwa kesehatan ibunya lebih buruk dibanding ayahnya. Tapi sayang, Tuhan justru mengambil ayah dari sang direktur terlebih dahulu. Setelah ditinggal sang ayah, si ibu pun tidak lantas menjadi orang yang semakin sakit-sakitan. Kesehatan si ibu justru meningkat seiring berjalannya waktu sejak memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian. Sebelumnya, direktur saya selalu mengantar ibunya berobat ke dokter setidaknya seminggu sekali, entah itu sakit ringan atau berat. Namun setelah sang ibu beralih menjadi seorang vegetarian, dokter sudah tidak menjadi langganannya lagi.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan dan cerdas.