• SELAMAT DATANG DI BLOG MIKIMOOW

Monday

Pengalaman Kuret dan Biaya Kuret di Yogyakarta

Angel Miki

Pengalaman kuret adalah pengalaman yang pedih bagi setiap ibu hamil. Belum ada 3 minggu saya terpuruk dalam kesedihan atas meninggalnya bapak. Dan saya semakin hancur saat tahu bahwa kandungan saya yang berusia 8 minggu dinyatakan tidak berkembang. Dokter spesialis kandungan, dokter Anisah, Sp.OG di daerah Krapyak, Yogyakarta memberi saya dua pilihan. Pertama, tindakan kuret. Kedua, meluruhkan janin secara alami dengan obat. Apabila dengan obat, maka harus bisa tahan karena akan merasakan sakit yang luar biasa. 

Disisi lain beliau juga berusaha menghibur dengan memberikan gambaran, bahwa keguguran di awal trimester merupakan hal yang umum. Bukan hanya terjadi pada 100 wanita saja. 

“Insyaallah, setelah ini nanti segera diberikan momongan dan lancar proses kehamilannya. Jangan putus asa.” Begitu kata dokter Anisah.

Yaa, sebelum dokter Anisah mengatakan bahwa saya harus menjalani kuret, saya memang mengalami fase pendarahan. Satu minggu flek ringan (hanya bercak-bercak cokelat). Kemudian disambung 3 hari keluar darah seperti haid dengan ukuran darah di pembalut kurang lebih 1 sendok makan. Waktu itu saya nggak langsung panik. Karena waktu pertama periksa saya nanya-nyanya tuh sama dokternya. 

“Kalo tiba-tiba muncul flek itu gimana sih dok?” 
“Flek di awal kehamilan itu hal normal.” 

Namun, pas periksa yang kedua ini, saya kembali mempertanyakan lagi.

“Dok, bukannya flek-flek di trimester awal itu normal yaa?” 
“Iyaa!! Tapi kehamilan yang sehat itu nggak ada flek” 

Jeengg..jenggg….piyee to?? 

Nah, di Klinik dokter Anisah, saya menangis. Penuh dengan rasa sesal kenapa pada waktu saya tahu ada bercak cokelat di celana, nggak langsung ke dokternya? Gara-gara masih keinget dokter Anisah “flek itu hal normal” sih. Jadi yaa langsung percaya aja.

Asli, saya yang bego sama kata-kata dokternya, atau saya yang kejebak oleh statement yang kurang lengkap? Aduh dek…nasi udah jadi bubur. 

Di hari ketiga (Kamis) saya keluar darah haid (warna merah, cenderung agak muda). Saya memutuskan untuk periksa sekaligus konsultasi kuret ke RSKIA Sadewa dengan dr. Ariesta Christiawanty, Sp.OG. Namun, saat saya melakukan pendaftaran pasien baru melalui aplikasi Whatsapp, operatornya bilang kalau kuota dokter Ariesta hari itu sudah habis. Jadwalnya baru bisa hari Senin depan.

Karena saya nggak sabaran, akhirnya hari itu juga saya datang langsung ke rumah praktek dokter Ariesta. Dan dapet antrian nomer 20 hahahaa. Ternyata, banyak juga pasien disini. Alamat dokter Ariesta ada di Jl. Wonocatur No.15, Banguntapan, Bantul, DIY atau bisa tracking di google map disini. Buka setiap Senin - Jumat mulai pukul 18.00 WIB (Sabtu & Minggu, tanggal merah LIBUR).

Setelah terjadi konsultasi yang cukup panjang, saya dikasih surat rujukan untuk kuret di RSKIA Sadewa. Dokter mempersilakan saya untuk kuret kapan aja, terserah saya pokoknya.

Apa itu tindakan kuret?

Tindakan kuret adalah proses pengangkatan jaringan yang ada di dalam rahim karena adanya indikasi ketidaknormalan pada rahim. Kuret merupakan prosedur operasi dimana leher rahim kita dibuka, terus bagian dalam rahimnya dibersihkan.

Jadi, kuret yang dilakukan setelah keguguran ini tujuannya untuk membersihkan rahim dengan cara mengangkat jaringan janin yang masih tersisa dalam rahim. Dokter Anisah bilang, seandainya saya tidak mengambil tindakan kuret, maka sisa jaringan janin dalam rahim bisa menyebabkan perdarahan lebih parah dan juga infeksi. 

Awalnya saya sangat takut apabila harus menempuh jalan kuret. Banyak teman-teman yang dulu  pernah cerita :
"Kalo dokternya nggak pinter nguret, malah bahaya lho. Bisa-bisa malah jadi kanker".

Tapi...kalau memutuskan untuk nggak kuret (padahal disarankan kuret), itu juga sama bahayanya, Insyaallah, proses kuret yang paling benar adalah ditangani oleh dokter ahli. Bukan dukun berkedok dokter. LOL. Yang penting, serahkan semua ama Yang Maha Kuasa.

Satu hari sebelum kuret di RSKIA Sadewa, Menyeramkan!

Kata “menyeramkan” ini lebay nggak sih? LOL. Maaf buk-ibuk, saya baru pertama kali hami. Udah umur 32 tahun lagi. Dan ndilalah (ternyata) 2 bulan kemudian langsung dapat hadiah keguguran.

Minggu siang, 15 September, perut rasanya kram campur mules dan disertai (masih) keluar darah. Sore hari pas saya jongkok di WC, saya memperhatikan darah keluar terus dari miss V. Kemudian saya siap-siap ke rumah sakit. 

  • Pendaftaran Pasien Rawat Inap (Non-BPJS)
Setelah melakukan pendaftaran pasien ‘baru’ rawat inap, saya langsung ke IGD. Mengisi data dan tanda tangan berkas-berkas data pasien atas persetujuan tindakan kuret, sambil nyengir-nyengir nahan perut sakit. Suami saya juga disuruh ngisi-ngisi gitu. Oh yaa, disini saya cuma menyerahkan surat rujukan dari dokter dan KTP saja.

Sedangkan untuk persyaratan pasien BPJS rawat inap, lebih rempong dikit,  antara lain :
1. Fotocopy BPJS pasien (1 lembar).
2. Rujukan dari Faskes I dengan indikasi medis (pasien periksa dulu di Faskes I).
3. Pengantar emergency dari IGD (jika emergency).
4. Fotocopy buku KIA (khusus ibu hamil/akan melahirkan).
5. Surat pernyataan konologi pasien.

Pendaftaran untuk pemeriksaan pasien bisa dilakukan melalui aplikasi Whatsapp. Tata cara pendaftarannya bisa dicek disini.

  • Cek tensi, cek darah, dan cek ‘bukaan’ 
Saya syok ketika suster bilang “Ibu nanti saya cek dulu yaa udah bukaan apa belum?” Ya, ternyata sebelum tindakan kuret, harus dicek dulu : darah kita yang keluar di pembalut seberapa dan udah bukaan berapa. Karena, apabila belum terjadi pembukaan maka harus dikasih obat untuk memacu. Semua demi kelancaran proses kuret.

Bagaimana cara tes bukaan? Saya disuruh berbaring di bilik IGD, melepas semua celana, lalu suster memasukkan 2 jari ke missV. Saya menahan sakit perut yang dahsyat. Begitu suster menarik jarinya, langsung deh…saya ngerasain banyak darah yang ngalir.

“Bu, ini belum ada bukaan, jadi nanti kami akan kasih obat yang dimasukkan melalui miss V yaa?” 

Waduuhh…Yaa Allah, lagii? Hanya dengan perbanyak istighfar, dzikir dan pelukan suami, saya seperti mendapatkan kekuatan untuk menerima rasa sakit itu. Saya percaya, istighfar dan dzikir adalah lebih baik. 

  • Pemesanan kamar sesuai kelas
Saya dan suami lanjut ke TPPS untuk memesan kamar dan kelas. Awalnya, saya memilih kamar 3. Toh saya hanya satu hari semalam. Namun, suami saya menawarkan kelas 2. Berikut adalah estimasi biaya perawatan di RSKIA Sadewa tahun 2019.


  • Menuju kamar Sembodro 1A (kelas 2) RSKIA Sadewa

Setelah dari TPPS saya kembali ke IGD, untuk proses memasukkan obat pemacu pembukaan. Namun, rasa kram semakin menggila, sampai saya jongkok-nungging-balik sana-balik sini, sambil menahan suara kesakitan. Sehingga proses pemasukkan obat pun terkendala.

“Ibu kalau obatnya nggak dimasukin sekarang, nanti kuretnya bakal mundur!”

Suara yang cukup tegas itu, bahkan bikin saya makin kesal.

“Iyaa, tapi ini sakit banget mbak, masih susah gerak,” jawab suami saya. 

“Yaudah, langsung saya antar ke kamar yaa. Nanti masukin obatnya di kamar aja."

Begitu perlak dipasang saya berbaring di bed, lagi lagi buka semua celana. Dia juga bilang bahwa obat ini akan memberikan reaksi nyeri/kram lebih hebat dari yang sedang saya alami saat itu.

Suster yang satu ini berbeda dengan suster yang tes bukaan di IGD. Cara dia memasukkan obat ke miss V terkesan seperti belum ahli, tidak hati-hati/ada paksaan, dan menambah rasa sakit, sehingga menyebabkan saya mual dan akhirnya muntah.

Akhirnya, ada 2 suster baru lagi masuk ke kamar saya dan menangani kembali. Suster yang baru ini, masukin obatnya sekali jadi, nggak pake dioprek-oprek kaya sebelumnya, meskipun rasanya tetap sakit. Begitu jari suster itu ditarik, saya pendarahan hebat lagi. Lima menit sekali, mengalir deras. 

Saya disarankan agar tidak usah memakai celana. Biarin gitu aja, ditutup pakai selimut. Asli, nggak bisa tidur dengan kondisi kayak gitu. Ditambah lagi suami mbak sebelah tidurnya ngorok keras banget. Oh yaa, berikut kondisi kamar Sembodro 1A (Kelas II).

Kamar Kelas II RSKIA Sadewa, Yogyakarta
  • Segumpal darah, apakah itu? 
Setelah obat masuk, rasa kram perut mulai berkurang. Kurang lebih dua jam setelah itu, saya ke toilet untuk buang air kecil, membersihkan darah-darah yang menempel dan kekeuh pakai pembalut plus celana dalam biar nyaman tidurnya. Pas pipis, saya ngerasa ada sesuatu yang keluar rasanya lembut kaya jelly gitu. Karena takut dan trauma, saya nggak mau ngelihat.

Kembali ke kamar, ternyata suami saya sudah membereskan perlak yang penuh darah, dan meminta yang baru ke perawat. Makasih Paa, kamu memang suami idaman hehee. 

“Paa, tadi ada yang keluar, lembut kayak jelly gitu. Aku nggak berani lihat..” 

“Emm, iyaa. Dokter Anisah kemarin bilangnya kan ‘nanti yang keluar hanya gumpalan-gumpalan darah’. Gitu to?” 

Mendengar suara adzan subuh dan dengkuran keras mas-mas di kamar sebelah, saya bergegas untuk bangun dan segera mandi. Karena perawat yang di IGD mengatakan bahwa tindakan kuret akan dilakukan Senin pagi jam 08.30, maka saya diwajibkan untuk puasa mulai jam 23.00 hari Minggu.

Sekitar pukul 6 pagi, perawat masuk ke ruangan. Saya sudah berwajah muram, ketakutan sama yang namanya cek pembukaan lagi. 

“Sus, mau cek pembukaan lagi yaa?” 

“Tidak, Bu. Hanya cek tensi saja. Tadi malam sudah pembukaan 1,
jadi dokter Ariesta tidak memberikan obat lagi”.

Alhamdulillah… 

“Ibu, tensinya bagus yaa. 110/70 (kayak semalem). Nanti setelah sarapan, jam 7 mulai puasa yaa.” 

“Loh, sus….lhaa ini udah puasa dari jam 11 malem tadi soalnya kata perawat IGD proses kuret jam 08.30.” 

“Enggak, kuretnya jam 1 siang. Jadi, nanti jam 7 sudah puasa yaa.” 

Ngwaaakk…ngwaakkk… 

Eksekusi Operasi Kuretase dengan Anestesi


  • Operasi Kuret

Sebelum masuk ke ruang bersalin, perawat meminta saya untuk pakai baju bersalin dari RSKIA Sadewa dilanjutkan dengan buang air kecil. Pintu kamar bersalin yang cukup lenggang dengan 3 bilik itu terbuka satu sisi. Dokter Ariesta menanyakan kabar dan perkembangan saya. 

“Gimana, darahnya udah berkurang belum?” 

“Udah dok, yang parah semalem.” 

“Iyaa, soalnya semalem udah bukaan tuh.” 

“Tapi, semalem pas saya buang air kecil, ada yang keluar gitu dok, kaya jelly. Saya nggak kuat liatnya. Itu janin atau apa yaa, dok?” 

“Kemarin kita USG nggak ada janinnya, cuma kantong aja. Jadi, yang keluar bakal gumpalan darah aja. Bisa jadi yang keluar semalem itu plasentanya. Nanti akan ketahuan pas kuret.” 

Di bilik tengah saya terbujur kaku, karena nervous setengah mati. Samping saya kanan kiri adalah ibu-ibu yang sedang berjuang melahirkan buah hatinya. Rintihan dan doanya membuat saya terharu.

Jarum infus mulai dipasang, disusul oksigen. Selanjutnya dokter khusus menyuntikkan bius melalui alat infus. Jadi…nggak sakit deh hehee.

Oh yaa, untuk tindakan kuret ini, pasien diberi bius total. Sehingga hanya dalam hitungan kurang dari 1 menit saya mengantuk luar biasa. Dan sayapun ketiduran.

  • Bagaimana rasanya menjalani kuret?

Suara riuh di kamar bersalin dan dari luar membangunkan tidur saya. Mata masih berkunang-kunang, berusaha beberapa kali untuk bangun dari bed tapi kok kepala pusing dan perut juga mual. 

“Aduh…kok bilik saya masih sepi-sepi aja. Ini suntikan bius kok bentar banget efeknya, sampe belum ada dokter yang menangani. Wah kalo harus nambah suntikan bius, berarti ekstra cost dong,” gumam saya dalam hati.

Saya sambil mengingat kondisi dan aktivitas sebelum saya ketiduran. Nah, iyaa. Perlak dan penyangga kaki!! Bergegas saya lihat dan raba-raba udah nggak ada. 

“Gimana bu, masih pusing kepalanya? Mual nggak?” seorang perawat membuka gorden dan masuk ke bilik saya. 

“Pusing dan mual. Saya jadi dikuret nggak sih, sus?” 

“Kuretnya sudah selesai bu. Ibu sekarang posisi tidurnya miring ke kiri yaa.” 

Begitu miring ke kiri saya tambah mual tuh. Mbak perawat segera mengambilkan 2 kantong tas kresek, dan saya jackpot deh. Tapi setelah itu, kepala berasa lebih ringan dan mualnya berkurang.

Saya masuk kamar bersalin pukul 13.00, dan ternyata saya sadar dari bius udah jam 15.00 an. Bagaimana rasanya kuret setelah keguguran? Beneran, saya nggak ngerasain miss V sakit ataupun perut/rahim sakit. Semuanya dalam kondisi baik. Yang sakit itu, pada waktu pendarahan keguguran.

Selang infus akan dilepas ketika kita sudah buang air kecil. Hasrat saya pengen buang air kecil baru muncul pukul 7 malam. Dan syukurlah, saya diperbolehkan pulang malam itu juga. Begitu urusan administrasi selesai, saya kembali menghadap perawat jaga. Disana, saya dikasih antibiotik untuk membantu mencegah infeksi dan obat untuk meluruhkan sisa-sisa darah yang menempel di dinding rahim.

  • Berapa biaya kuret di RSKIA Sadewa Yogyakarta?
Bicara soal biaya itu terkadang relatif. Karena biaya dapat berubah-ubah. Semua tergantung pada jenis kasus, tindakan, tipe kelas, dan obat-obatan yang digunakan. RSKIA Sadewa Yogyakarta menerima BPJS dan menerima rujukan dari Faskes I di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nah, saya sendiri tidak menggunakan BPJS. Dan keguguran yang saya alami ini pada saat usia kandungan 2 bulan. Ada kemungkinan, biaya kuretase saya tidak sama dengan biaya kuretase ibu yang mengalami keguguran saat usia kandungan diatas 4 bulan. Atau, tidak sama dengan biaya kuret yang menggunakan BPJS.

Berikut adalah total biaya kuret di RSKIA Sadewa Yogyakarta sesuai pengalaman pribadi saya tanpa melibatkan BPJS.



Pasca kuret kita akan mengalami (seperti) nifas kurang lebih 1 minggu. Tapi tergantung tiap individu yaa. Selama jumlah darah yang keluar dalam batas wajar (seperti haid biasanya) dan tidak disertai bau busuk, maka Insyaallah kita dalam kondisi baik-baik saja. Oleh karena itu, kita pasti diminta kembali ke rumah sakit untuk kontrol kondisi kesehatan pasca kuret. 

Begitulah pengalaman saya menjalani tindakan kuret karena keguguran. Semoga di kehamilan yang akan datang, diberikan kesehatan dan kelancaran semuanya. Aamiin.

Selamat jalan calon anak mama. Semoga engkau damai disana danmenjadi penghalang neraka bagi papa dan mama di akhirat nanti, nak.

Terima kasih tak terhingga untuk Allah SWT, suami tercinta, ibu tersayang, dan dr. Ariesta Christiawanti, Sp.OG






References : American Pregnancy | The Womens | Webmd | Mayoclinic | Emedicine Health